Powered By Blogger

Minggu, 01 Januari 2012

KAU TULANG RUSUKKU

Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta
yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.

Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku!  Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria  mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”

Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah
dan manis untuk
sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam
dalam kesibukan
masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup
mereka
menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat
mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.

Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin
panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran,
Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu nggak cinta
lagi sama aku!”Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara
spontan balik
berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata
bukan tulang
rusukku!”
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk
beberapa saat.
Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa
yang telah
dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi
seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.
Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan
mengambil
barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku
bukan tulang
rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan
mencari pasangan
sejati masing-masing. ” Lima tahun berlalu.
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan
kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai,
dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua
informasi
tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan
untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya,
ia merasakan
ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia
merindukan Dara.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, ditempat
ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya
oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau
Lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau
kamu sempat.
Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak
akan ada
yang berubah. Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami
kecelakaan, mati.
Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali
merasakan sakit
di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara,
tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia
patahkan.

“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang
yang paling kita
cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”

kisah penjual koran

Pelajaran Hidup Dari Bocah Penjual Koran

Umar, seorang anak kecil berlari-lari

menghampiri mobil yang berhenti
di lampu merah, dia membiarkan
tubuhnya terguyur air hujan,
hanya saja dia begitu erat melindungi
koran dagangannya dengan lembaran plastik.

“Korannya bu !”seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.

Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan,
dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan
untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan
dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.

“Mau koran yang mana bu?, tanya Umar dengan riang.

”Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi
aku juga sudah baca”, jawab si ibu.

Si Umar kecil itu tampak terpaku,
lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu
yang dia terima, ”Terima kasih bu,
saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan,
tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma,
mohon maaf saya tidak bisa menerimanya
”, Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.

Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya,
raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil.
Dari dalam mobil dia menggerutu ”UDAH MISKIN SOMBONG!”.

Kakinya menginjak pedal gas karena lampu
menunjukkan warna hijau. Meninggalkan Umar
yang termenung penuh tanda tanya.

Umar berlari lagi ke pinggir,
dia mencoba merapatkan tubuhnya
dengan dinding ruko tempatnya berteduh.
Tangan kecilnya sesekali mengusap muka
untuk menghilangkan butir-butir air yang masih menempel.
Sambil termenung dia menatap nanar rintik-rintik hujan di depannya,
”Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku”, gumamnya lemah.

Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda,
Umar masih saja duduk berteduh di emperan ruko,
sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar.

Tiba-tiba didepannya sebuah mobil berhenti,
seorang bapak dengan bersungut-sungut turun
dari mobil menuju tempat sampah,

”Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”,

dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan
ke dalam tong sampah, dan beranjak kembali masuk ke mobil.
Umar dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil.
”Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan”, pinta Umar dengan penuh harap.

Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil di depannya.
Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah
tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.

“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau”

”Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya
sudah cukup bagi saya, boleh khan pak?, tanya Umar sekali lagi.”Bbbbbooolehh”, jawab pria tersebut dengan tertegun.
Umar berlari riang menuju tong sampah,

dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan,
sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.

Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk di dekatinya Umar.

”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang?, dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil di depannya dengan penuh perasaan kasihan.”Karena saya melihat bapak yang membuangnya, saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya, meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya ”, jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.

Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa. ”Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”.Si anak kecil tersenyum dengan manis,

”Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.”

”Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran di mana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang laki-laki dengan nada agak tinggi karena merasa anak di depannya berfikir keliru.

Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh,”Bapak!, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya”, Umar memperbaiki posisi duduknya dan berkata kembali, ”Dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali di kemudian hari.”Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki di depannya untuk berpamitan.

Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali,”Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaannya”.

Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil di depannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.”Ternyata bukan dia yang harus dikasihani, Harusnya aku yang layak dikasihani, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari ini”

Sahabat..
Meminta-minta adalah perbuatan yang tidak bermutu
lebih baik kita kerja keras banting tulang dari pada mengemis
dan menghrapkan belas kasih dari orang lain ada pepatah ," Tuhan memberi makan kepada setiap burung yang terbang diangkasa, tapi Tuhan tidak mengantarnya disarangnya".

Syukurilah anugrah yang Tuhan berikan untuk hari ini
jangan lupa untuk mengucapkan Syukur Alhamdulilah
semoga segala kebaikan yang kita lakukan
akan kembali kepada kita..

Semangattt!!!!

Kamis, 29 Desember 2011

sebuah video motivasi



ini merupakan sebuah video nyata yang dilakukan oleh seorang mahasisiwa IPB yang bernama danang. dia berhasil mencapai cita-citanya dengan menuliskan semua yang di cit-cita kan , insyaallah semua nya berhasil menjadi kenyataan, jadi video ini menjadikan kita motivasi bahwa kita bisa seperti mas danang. " jangan kau hanya bayangkan cita-cita, tapi kau tuliskan agar menjadi sebuah kenyataan

its good story

"Ini adalah Kisah nyata yg membuat seluruh orang di dunia menangis"
mungkin diantara kita ada yg sudah tau tentang kisah ini karena pernah disiarkan distasiun televisi Indonesia..
gambar yg saya muat adalah nyata anak dalam kisah ini pada waktu dia masih sehat.. lihatlah begitu cantiknya dan riangnya dia :-(

"AKU PERNAH DATANG DAN AKU SANGAT PATUH"

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah ‘saya pernah datang dan saya sangat penurut’.Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian, dan dia rela melepaskan pengobatannya.Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya.

Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.

Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12. Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah, papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, “Saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.

papanya adalah seorang pemuda yang belum menikah, tidak ada ASI dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit- sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan.

Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa.

Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci baju, memasak nasi, dan memotong rumput.

Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah. Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah.

Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya.

Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya. Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan bintik- bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya.

Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar $ 300.000. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih.

Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa, saya ingin mati”. Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati?”. “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”

Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya, “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini”.

Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dia tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.

Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.

Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng.

Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi.

Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di email bahkan menulis, “Yu Yuan, anakku yang tercinta. Saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat.

Yu Yuan, anakku tercinta.”

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya.

Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat.

Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung. Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.

Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah. Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan, “Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?”. Wartawan tersebut menjawab, “Karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan kemudian berkata, “Tante, saya juga mau menjadi orang yang baik hati”.

Wartawan itu pun menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik”.

Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”

Fu Yuan kaget sekali, membuka dan melihat surat tersebut. Ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan. Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah.

Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang- orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”.

Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. “Saya pernah datang, saya sangat patuh”, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal

22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya.

Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air sungguh telah pergi ke dunia lain. Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah………..” demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan. Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30 November

1996 – 22 Agustus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan.

Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita leukimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah :

Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian. Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana.

Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata ‘Aku pernah datang dan aku sangat patuh’”.

Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan dunia. Walaupun hidup serba kekurangan, dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang pengasih.

the humor story

Wow Gilaaaaa…….!!!!!!

suatu hari aku bersekolah disekolah yang sangat “gokil” bisa dibilang begitu. Disekolah itu aku mempunyai banyak teman yang sangat kocak dan juga guru yang gaul gitu.teman sebelah aku bernama Ari. Dia ini orangnya paling seneng kalau yang namanya ngelawak.dan guruku yang bernama pak Anton ini kata anak-anak  dia ini guru sejarah yang paling gaul, walaupun pakaiannya kayak orang tahun 70an dan dia juga  walikelas aku. Suatu hari disekolah pada saat pelajaran pak anton
           “Ari loe kemana kemarin gak masuk school?” kata pak Anton dengan gaya anak  gaul
Karena pak Anton adalah walikelas dia harus selalu memantau anak muridnya yang sering bolos.
            “Begini pak. Kemarin saya kehujanan. Baju yang saya pakai cuma satu, jadi saya cuci dulu.” Anton menjawab seperti itu.
Dua hari kemudian Ari tidak masuk sekolah lagi.
            “Ari, loe kenapa gak masuuk sekolah lagi, kemeren kan gak hujaan?” kata pak Anton dengan gaya lebaynya
Ari pun menjawab apa yang ditanyakan oleh pak Anton.
            “ Begini pak, kemaren saya sudah berangkat ke sekolah. Tapi pas saya lewat rumah bapak, saya melihat baju bapak lagi dijemur, saya pikir bapak tidak masuk sekolah.”
Murid-murid pun semunya pada tertawa ketika Ari berkata seperti itu. Lalu pakAnton pun menyuruh Ari keluar dan dihukum untuk hormat bendera.Sayapun tidak tega melihat teman saya dihukum untuk hormat bendera.
              “Pak jangan dihukum, kasihan.” Kata udin teman Ari
Kemudian teman-teman juga sependapat dengan udin. Pak Anton pun marah
              “Siapaaa yang mau nemenin Ari Hormat bennderaaa?” dengan suara lantang.
Teman-temanpun diam.taktahu kenapa tiba-tiba Udin mengangkat tangannya.Aku pikir dia teman yang setia karena tidak mau melihat temannya seperti itu eh ternyata tidak seperti yang aku pikirkan
             “Loe mau nemenin temen loe itu hormat benderaa.” Kata pak Anton
             “ Gak pak saya angkat tangan mau kasih tahu bahwa dikepala bapak ada cicak.” Kata udin
            “ Apa? Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!” membersihkan kepalanya sambil teriak.
Keesokan harinya pada saat pelajaran pak Anton, tetapi pak Anton tidak bisa masuk di karenakan sakit. Kemudian anak-anak sependapat untuk bermain tebak-tebakan. Kemudian dibuat teman beregu supaya lebih mudah tebak-tebakannya.
            “Apa bedanya, Demo sama aksi?” kata saya kepada teman-teman
            “Kalo demo ada demo masak, kalo aksi ada aksi masak!!” saut udi kepada saya
            “ salah!!” kata saya
            “Terus apaan yang bener…!” bertanya dalam keadaan bingung
            “Kalo demo rodanya tiga kalo aksi rodanya 4, plus pake argo lagi..!!”  kata saya sambil tertawa.
             “kalo itu mah bemo sama taksi..??” saut ari dari belakang.
Kemudian kelompok berikutnya melanjutkan teka-tekinya
             “Nah ,sekarang kalo ada orang naek taxsi dan bajaj mana yang gak bakalan digigitin nyamuk..!!” kata Tuti
             “Yang naek taxsi, lah! Taxsi kan ketutup rapat, jadi gak bakal ada nyamuk.” Kata saya dengan gaya sok tahu.
             “ Salah! Yang gak bakal digigit nyamuk ya yang naek bajaj.” Kata tuti kepada saya
             “ Koq bisa….?” Ungkap saya
             “Bajaj kan rodanya tiga, kita tahu bahwa tiga roda adalah merk obat nyamuk terkenal. Jadi nyamuk sini Cuma takut tiga roda….” Kata tuti sambil tertawa terbahak-bahak
Bel sekolah pun berbunyi. Semua teman-teman aku pada pulang kerumah masing-masing. Dan keesokan harinya pada saat pelajaran biologi dimulai, tiba-tiba udin “buang gas” di dalam kelasnya. Gurunya jadi marah banget dan menyuruh Udin keluar kelas. Kebetulan kepala sekolah lewat
            “Udin, kenapa kamu ad diluar?” kata pak kepala sekolah dengan tegas
            “ Gini pak, tadi kan saya buang gas didalam kelas dan ibu guru suruh saya keluar.” Jawab Udin
            “Terus kenapa kamu koq ketawa?” Tanya pak kepala sekolah lagi
            “ Lah gimana gak ketawa ,pak. Saya yang “buang gas” eh temen-temen yang dihukum dengan menghirup “gas beracun” ddidalam kelas., terus saya malah disuruh menghirup udara segar di luar!” kata udin sambil terbahak-bahak.



The End